October 12, 2015

Simfoni Nusantara

yang nulis Isma Kazee di 2:30 PM


Wahai Negeriku,

Waktu itu aku masih kecil
Ukuran sepatuku masih nomor 30 lebih sedikit
Televisi di rumah cuma hitam dan putih
Belum ada listrik dengan cagaknya yang tinggi-tinggi
Uang jajan hanya lima ripis
Sepulang sekolah aku cuma bermain
Nekeran, gelang karet, atau bentik
Kadang asyik namun tak jarang bertengkar lalu pulang sambil menangis
Begitulah, wahai Negeriku, engkau aku kenali

Lalu, datanglah Bapak membawa cerita
Setiap pulang dari Pamanukan untuk berdagang
Tentang Joko Bodo dan Bajing Kuning yang melegenda
Dari buku-buku balai pustaka aku membaca
Petualangan anak yatim, anak tiri, juga anak desa
Cerita dari Solo hingga Papua
Aku pun tahu, tanahmu ternyata bukan hanya kampung yang aku pijak
Tapi membentang hingga daratan yang antah berantah
Begitu, pikiran kecilku menerka

Wahai Negeriku,

Aku pun beranjak dari masa kecilku
Dengan senang melenggang berseragam putih abu-abu
Berani melesat jauh hingga Jawa Timur
Bertemu kawan-kawan baruku dari seluruh belahan negeriku
Ada Bali, Lombok, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Maluku
Aku belumlah pernah hingga pulau-pulau itu
Tapi kehadiran mereka meyakinkan aku
Bahwa engkau, sungguh luas dan besar wahai negeriku
Aku bangga mememilikimu

Namun, tiba-tiba di langit awan hitam menggulung-gulung
Ketika aku terdampar di kota budaya yang maju
Nyanyian tentangmu, wahai negeriku, tak lagi merdu
Teriakan-teriakan terdengar nyaring bersahut
“Di sini negeri kami … rakyat tergusur …”
Kobaran api menjilat-jilat membakar hangus
Tembakan dilepaskan membuat cepat detak jantung
Korupsi, perampasan hak, pemerkosaan, bencana lumpur, asap, serasa menusuk-nusuk
Aku pun menjadi tahu bahwa diammu menyimpan pilu

Wahai Negeriku,

Sekarang aku berdiri di sini
Setelah banyak perjalanan aku lewati
Aku mendengar bahwa hari tak selamanya tanpa sinar matahari
Ada pagi yang datang membawa cahaya dan kekuatan berlapis-lapis
Aku sudah menjelajah hamparan pulau-pulaumu yang cantik
Mendengar cerita-cerita kondang tentangmu yang abadi
Tak hanya dari dalam sini, tapi juga dari luar negeri
Maka, tak pentinglah aku bersedih
Lebih baik bersiap, menjadi pemuda terbaik di negeri ini

Aku sebut Engkau sebagai Negeri Biru
Demi warna samudera yang tenang menyimpan kekuatan padu
Aku sebut Engkau Negeri Hijau
Demi lebatnya hutan yang harusnya aku jaga selalu
Aku sebut engkau sebagai Negeri Merah
Demi warna darah para pemuda yang siap bertarung
Aku sematkan nama Negeri Putih untukmu
Demi niatan bersih dan hatiku yang tulus
Aku membelamu, Bumiku, Negeriku, Nusantaraku,


Yogyakarta, 12 Oktober 2015

----------------------------------------
puisi utk musikalisasi puisi PK-45
meskipun cuma nulis puisi, ini juga kontribusi kan hehe

1 komentar:

Desy Maulina said...

Keren, keren, keren..
Salam, PK 61

 

Isma Kazee Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea